Segala sesuatu yang diharapkan,pasti inginnya cepat sampai, cepat selesai,cepat lahiran. Bukan itu maksudnya. Keinginan yang menggebu dan cepat selesai, seperti inilah keadaan seluruh komponen bangsa, menunggu hasil penghitungan suara yang dilakukan KPU ( Komisi Pemilihan Umum). Wajar jika kita sebagai rakyat mau tahu apa yang sebenarnya terjadi diTPS TPS yang terhijab selembar karton tebal. Kita mau tahu secepatnya hasil yang sebenar benarnya, karena hasil penghitungan cepat yang dilakukan oleh para lembaga survey masih banyak kalangan yang meragukannya. Rakyat yang tidak mengerti bagaiman hitung cepat itu dilakukan, sebenarnya tidak begitu peduli,dengan berbagai komentar komentar para pengusung.Karena kita sudah tidak bisa membedakan antara peduli dengan ketidak pedulian. Mereka yang berkomentar, mengatakan ini itu ini itu. mereka yang tidak pedulipun mengumandangkan ini itu ini itu. sama kan?
Beberapa jam setelah ditutup waktu menusukan kertas pemilu, televisi telah gencar menayangkan salah satu pasangan capres dan cawapres unggul sementara.Tapi beberapa saat kemudian salah satu pihak mengatakan tayangan itu tidak valid, tidak benar,dilanjutkan dengan komentar komentar para teman teman pengusung,yang dengan semangat pula mengamini. Jadi rakyat di rumah menonton tayangan tersebut langsung ke toko obat, beli obat sakit kepala. saya pun begitu.
Hasil yang terbaik adalah hasil yang diperoleh dari usaha dan cara cara yang baik. Hasil yang baik belum tentu diperuntukan untuk orang baik, tetapi belum tentu juga untuk orang tidak baik, karena kebaikan dan ketidak baikan bukan ditentukan dari hasil, tapi dari niat. Saat semua orang menunggu hasil baik dari yang terbaik, dan menunggu hasil banyak belum tentu yang terbaik, masyarakat menunggu usapan kata yang menyejukan dari para pemangku tahta untuk memberikan kedamaian bahwa semua akan baik baik saja. Semua akan menjadi lebih baik dengan menunggu. Ungkapan ungkapan di tayangan tayangan yang menggemaskan, sering kali beredar di media, entah yang menjelekan,atau membagus baguskan. semua masih remang, saat hitungan membuat kubu menjadi keras, saat hitungan yang tak sampai tiga menjadi identitas massa yang berbelah belah.
Kehendak masyarakat bukan pelukan , bukan potret dipanggung kampanye yang mulai usang, proyeksikan rasa orang kebanyakan menjadi mimpi mimpi yang terus menerus menjadi mimpi. Bisakah para pemenang membantu mewujudkan mimpi Ipah menjadi Dokter, bukan hanya dokter cilik. Atau wujudkan Marodona kecil menjunjung piala dunia diajang antar negara?
Adalah keinginan menjadi besar, dengan menunggu hasil, menunda mimpi berbesar pikir. kelayakan hidup menjadi tumpuan harapan, layaknya kereta koyak yang kini terbang di jakarta. Model model cinta desa yang ingin dikumandangkan penduduk desa, menjadi upaya pengharapan pada menunggu hasil yang menunda pada kebayakan.
Bertepuk sebelah tangan, merona mata bersilap kata. entah apalagi ungkapan yang baikmnya dikatakan untuk masa seperti ini. Harapan, ungkapan ingin, dan rasa ingin cepat selesai, menjadi mimpi yang menunda harapan.
29 April 2019
Beberapa jam setelah ditutup waktu menusukan kertas pemilu, televisi telah gencar menayangkan salah satu pasangan capres dan cawapres unggul sementara.Tapi beberapa saat kemudian salah satu pihak mengatakan tayangan itu tidak valid, tidak benar,dilanjutkan dengan komentar komentar para teman teman pengusung,yang dengan semangat pula mengamini. Jadi rakyat di rumah menonton tayangan tersebut langsung ke toko obat, beli obat sakit kepala. saya pun begitu.
Hasil yang terbaik adalah hasil yang diperoleh dari usaha dan cara cara yang baik. Hasil yang baik belum tentu diperuntukan untuk orang baik, tetapi belum tentu juga untuk orang tidak baik, karena kebaikan dan ketidak baikan bukan ditentukan dari hasil, tapi dari niat. Saat semua orang menunggu hasil baik dari yang terbaik, dan menunggu hasil banyak belum tentu yang terbaik, masyarakat menunggu usapan kata yang menyejukan dari para pemangku tahta untuk memberikan kedamaian bahwa semua akan baik baik saja. Semua akan menjadi lebih baik dengan menunggu. Ungkapan ungkapan di tayangan tayangan yang menggemaskan, sering kali beredar di media, entah yang menjelekan,atau membagus baguskan. semua masih remang, saat hitungan membuat kubu menjadi keras, saat hitungan yang tak sampai tiga menjadi identitas massa yang berbelah belah.
Kehendak masyarakat bukan pelukan , bukan potret dipanggung kampanye yang mulai usang, proyeksikan rasa orang kebanyakan menjadi mimpi mimpi yang terus menerus menjadi mimpi. Bisakah para pemenang membantu mewujudkan mimpi Ipah menjadi Dokter, bukan hanya dokter cilik. Atau wujudkan Marodona kecil menjunjung piala dunia diajang antar negara?
Adalah keinginan menjadi besar, dengan menunggu hasil, menunda mimpi berbesar pikir. kelayakan hidup menjadi tumpuan harapan, layaknya kereta koyak yang kini terbang di jakarta. Model model cinta desa yang ingin dikumandangkan penduduk desa, menjadi upaya pengharapan pada menunggu hasil yang menunda pada kebayakan.
Bertepuk sebelah tangan, merona mata bersilap kata. entah apalagi ungkapan yang baikmnya dikatakan untuk masa seperti ini. Harapan, ungkapan ingin, dan rasa ingin cepat selesai, menjadi mimpi yang menunda harapan.
29 April 2019
No comments:
Post a Comment