Malam minggu ini ,di depan rumah ada puncak peringatan 17 an . agustusan, pesta rakyat yang berharap ada ekspresi berkesenian di kampungnya tempat tinggal.
Sederhana harapan orang orang ditempat gua tinggal, cuma pengen ada hiburan, dsan anak anak mereka berlaga dipanggung, menampilkan tarian, nyanyian, kadang ada drama.
Memang mewadahi kegiatan orang kampung yang mencoba mencintai ini negeri denga cara meriahin malam kemerdekaan. Walaupun sebenarnya ,engga semakin cinta juga orang orang yang berkecimpung dipanggung pada bangsa ini. Terbukti ,banyak orang orang dikampung gua yang masih buang sampah sembarangan. Padahal katanya dengan peringatan 17 an, kita tingkatakan kecintaan pada bangsa dan lingkungan. Engga terbuktikan, rasa cinta itu hadir...
Orang meneriakan dengan keras kata kata merdeka , pada saat perayaan, dan diikuti oleh pengunjung,dengan semangat juga, seamkin diulang semakin berapi api semangatnya. Seperti ada musuh didepan matanya. Tapikan teriak merdeka, pas diajak kerja bakti engga semangat. mana kata merdeka yang semangat ya?
Pikiran sederhana yang dipikirkan orang orang kampung gua sebenarnya ringan, menjadi warga yang merasa udah merdeka. banyak hal yang pengen diraih dari bebasnya bangsa ini dari belenggu penjajahan yang pernah diderita oleh para pendahulunya. Rasa yang ingin mereka rasakan dan keturunan berikutnya cuma sebatas peringatan doang, pada kenyataannya masih banyak belenggu yang membatasi langkah dan gerak dalam kebebasan mereka beraktifitas sebagai orang yang nerdeka.
Kalau kita bicara idealis banyak orang mencibir. kalau kita bicara nasionalis, banyak engga ngertinya. lalu kemanakah yang inin disampaikan orang orang yang mengaku pengabdi masyarakat. sebatas lift service buat melicinkan mencari kekuasaan.
Setelah menjadi besar, anak anak baru mengerti bahwa , cita cita harus diperjuangkan. Cita cita bukan ditunggu seperti orang menunggu biskota yang pasti datang dan membawa kita ke tujuan dengan duduk nyaman.
Cita cita yang luhur harus diperebutkan dan diusahakan, jangan pernah nyerah pada kerikil kecil yang kalau kita lewati cuma debu saja.
Sederhana harapan orang orang ditempat gua tinggal, cuma pengen ada hiburan, dsan anak anak mereka berlaga dipanggung, menampilkan tarian, nyanyian, kadang ada drama.
Memang mewadahi kegiatan orang kampung yang mencoba mencintai ini negeri denga cara meriahin malam kemerdekaan. Walaupun sebenarnya ,engga semakin cinta juga orang orang yang berkecimpung dipanggung pada bangsa ini. Terbukti ,banyak orang orang dikampung gua yang masih buang sampah sembarangan. Padahal katanya dengan peringatan 17 an, kita tingkatakan kecintaan pada bangsa dan lingkungan. Engga terbuktikan, rasa cinta itu hadir...
Orang meneriakan dengan keras kata kata merdeka , pada saat perayaan, dan diikuti oleh pengunjung,dengan semangat juga, seamkin diulang semakin berapi api semangatnya. Seperti ada musuh didepan matanya. Tapikan teriak merdeka, pas diajak kerja bakti engga semangat. mana kata merdeka yang semangat ya?
Pikiran sederhana yang dipikirkan orang orang kampung gua sebenarnya ringan, menjadi warga yang merasa udah merdeka. banyak hal yang pengen diraih dari bebasnya bangsa ini dari belenggu penjajahan yang pernah diderita oleh para pendahulunya. Rasa yang ingin mereka rasakan dan keturunan berikutnya cuma sebatas peringatan doang, pada kenyataannya masih banyak belenggu yang membatasi langkah dan gerak dalam kebebasan mereka beraktifitas sebagai orang yang nerdeka.
Kalau kita bicara idealis banyak orang mencibir. kalau kita bicara nasionalis, banyak engga ngertinya. lalu kemanakah yang inin disampaikan orang orang yang mengaku pengabdi masyarakat. sebatas lift service buat melicinkan mencari kekuasaan.
Setelah menjadi besar, anak anak baru mengerti bahwa , cita cita harus diperjuangkan. Cita cita bukan ditunggu seperti orang menunggu biskota yang pasti datang dan membawa kita ke tujuan dengan duduk nyaman.
Cita cita yang luhur harus diperebutkan dan diusahakan, jangan pernah nyerah pada kerikil kecil yang kalau kita lewati cuma debu saja.
No comments:
Post a Comment