Siapa Aja Pemain Sepak Bola Indonesia Terbaik Sepanjang Masa?
Pemain Timnas Indonesia Punya Prestasi Internasional
Semua masalah bisa kita tata
Cuma butuh cara melakukannya
Kenapa ya banyak pemain kita
Muda jawara tua hilang kemana?
Salam Mas Bro dan Mbak Bro
Jangan pernah melupakan sejarah. Begitulah pesan Bung Karno kepada
seluruh pemuda Indonesia. Karena itu, sebagai penggemar sepak bola
Indonesia kita juga jangan pernah melupakan para pemain yang pernah
berharu-biru dalam sepak bola nasional. Baik sebagai pemain klub maupun
ketika berkostum timnas.
Sejumlah pemain sepak bola terbaik Indonesia malah
ga hanya
menjadi idola di negeri sendiri. Bahkan ada yang menjadi pemain pujaan
ketika membela klub-klub luar negeri. Dari mulai klub-klub negeri jiran
sampe nun jauh ke Eropa. Apakah ada di antara mereka yang juga menjadi panutan kalian?
Tembok Kokoh Barisan Pertahanan
1.Maulwi Saelan
Benteng Beton, demikian julukan Maulwi Saelan sepanjang berkostum
timnas Indonesia. Sosoknya bak benteng keras yang sulit dijebol. Para
pemain timnas Uni Soviet pernah merasakan sulitnya menjebol gawang
Maulwi Saelan di Olimpiade 1956. Aksi-aksi heroik Maulwi Saelan kala itu
menjadi buah bibir media massa dunia.
Setelah satu dekade membela timnas Indonesia, Maulwi pensiun dari
sepak bola pada 1960. Maulwi kemudian bergabung dengan Tjakrabirawa,
pasukan khusus pengawal Presiden. Saat PSSI tengah mencari sosok
pemimpin yang baru, Presiden Soekarno yang notabene atasan langsung
Maulwi tanpa ragu menunjuknya. Salah satu warisan Maulwi sebagai Ketua
PSSI adalah Piala Soeratin yang merupakan turnamen khusus mencari
bakat-bakat muda.
2.Yudo Hadianto
Pencinta sepak bola nasional era 1960 dan 1970-an pasti akan sangat
mengenal sosok langsing yang andal ketika berada di bawah mistar ini.
Sosok Yudo Hadianto cukup ikonik saat itu karena sulit dilupakan. Tentu
saja karena performa Yudo selama di bawah mistar memang mengesankan.
Apiknya penampilan Yudo saat berkostum Persis Solo lah yang membuat
pelatih UMS, Endang Witarsa, kepincut. Jalan Yudo menjadi kiper timnas
pun semakin terbuka. Tak kurang dari Asian Games (1962, 1966),Piala Raja
Thailand, Piala Merdeka di Malaysia, dan Pra Piala Olimpiade pernah
dilakoni Yudo bersama timnas Indonesia.
3.Ronny Pasla
Di masa jayanya, Ronny Pasla merupakan sosok kiper yang sangat
diinginkan setiap klub. Bertinggi 183 cm dengan badan tegap membuat
Ronny Pasla selalu mudah menaklukan umpan silang lawan yang mengarah ke
gawangnya. Gerak refleksnya dalam menepis bola menjadi andalan agar
gawangnya tidak bobol.
Meski tidak bermain dalam turnamen resmi bersama timnas, Ronny Pasla
tetap punya momen mengesankan saat berkostum timnas Indonesia. Momen itu
terjadi ketika timnas Brasil melakukan pertandingan persahabatan pada
1972. Ronny akan selalu mengenang aksinya menggagalkan tendangan penalti
yang dilakukan Pele.
4.Hendro Kartiko
Tubuhnya memang disebut kurang ideal untuk menjadi seorang kiper. Tapi meski bertinggi kurang dari 180 cm
ga membuat gawang yang dikawal Hendro Kartiko mudah dibobol. Lompatannya kerap membuat penyerang-penyerang lawan frustrasi.
Hendro mengawali karir sebagai kiper timnas di Piala Asia 1996. Dia
menggantikan Kurnia Sandy yang cedera akibat bertabrakan dengan pemain
Kuwait. Sejak saat itu posisi kiper utama timnas Indonesia pun selalu
disandang Hendro. Kehebatan Hendro saat menjaga gawang sempat berbuah
penghargaan sebagai kiper terbaik Piala Asia 2000.
3.Simson Rumahpasal
Posisi Bek Kanan timnas Indonesia dari 1975 sampe 1982 nyaris
ga
pernah lepas dari jatah Simson Rumahpasal. Pemain kelahiran Maluku ini
pun merasakan sejumlah event internasional bersama timnas Indonesia.
Seperti SEA Games, Pra Olimpiade, Pra Piala Dunia, Turnamen Merdeka, dan
Piala Raja.
4.Didik Darmadi
Jika Simson jadi andalan di sisi kanan pertahanan, Didik Darmadi
berada di sisi sebaliknya. Pemain yang besar bersama Warna Agung ini
jadi andalan mengawal sisi kiri pertahanan. Karena pernah menjadi
striker di awal karir sebagai pemain sepak bola, Didik pun dikenal
dengan sundulan mendatar dalam mencetak gol.
Mengawali karir bersama timnas senior dalam usia 20 tahun, Didik
punya pengalaman bertemu Maradona yang kala itu masih membela tim junior
Argentina pada 1979. Pengalaman tersebut
ga akan dilupakan Didik sepanjang hidupnya.
5.Robby Darwis
Sosok Robby Darwis sangat mudah ditemukan ketika berada di tengah
lapangan. Dengan postur tinggi besar, pemain belakang binaan asli Persib
Bandung ini menjadi sosok yang membuat penyerang lawan berpikir
berkali-kali untuk melewatinya.
Meski bertugas sebagai pemain yang mengawal pertahanan, Robby dikenal
sebagai pemain yang kerap membantu serangan. Salah satu senjatanya
adalah tendangan keras dan terarah. Kualitas yang membuat Robby sempat
ditarik untuk membela klub Malaysia, Kelantan FC, pada 1989. Sepanjang
10 tahun membela timnas Indonesia, Robby tampil setidaknya dalam 53
pertandingan dan mencetak 6 gol.
6.Herry Kiswanto
Akang, demikian panggilan akrab Herry Kiswanto. Sosok yang kerap
menjadi panutan pemain muda di mana pun dia bermain. Gaya bermain Hery
Kiswanto mirip dengan Franz Beckenbauer di timnas Jerman. Sama-sama
menjadi libero. Pemain yang sanggup menggalang pertahanan sekaligus
mengawali serangan.
Sepanjang kariernya sebagai pemain sepak bola, Akang termasuk pemain
yang jarang melakukan pelanggaran berat. Buktinya hingga pensiun dari
sepak bola, Akang hanya pernah mendapat satu kali kartu kuning dari
wasit. Akang menjadi bagian dari timnas saat meraih medali emas SEA
Games 1987.
7.Agung Setyabudi
Pemain bertahan yang menjadi idola suporter PSIS Semarang ini
termasuk bek tanpa kompromi. Kecepatan dan kecermatannya dalam membaca
serangan lawan membuat dia kerap menjadi langganan timnas Indonesia.
Pelbagai turnamen internasional sempat diikuti Agung sepanjang
berkostum timnas. Seperti Olimpiade, Piala Tiger, serta Piala Asia.
Kepemimpinannya membuat Agung sempat dipercaya sebagai kapten timnas
Indonesia pada Piala Asia 2004.
8.Aji Santoso
Bagi penggemar sepak bola di era 1990-an pasti akan sangat mengenal
Aji Santoso. Bek kiri lugas dan punya kecepatan lari yang mumpuni ketika
menyusuri lapangan. Lama membela Persebaya, Aji pun kerap menjadi
langganan timnas Indonesia. Aji tercatat sudah pernah 41 kali membela
timnas Indonesia di sejumlah event internasional. Ketajamannya sebagai
pemain belakang mampu membuat Aji mencetak 6 gol dengan kostum merah
putih.
9.Bejo Sugiantoro
Salah satu alumni PSSI Primavera ini adalah kunci kepercayaan diri
para pemain lain. Kehadiran Bejo Sugiantoro di lini belakang seolah
menjadi jaminan bahwa pertahanan mereka akan aman. Tempaan yang berat di
Italia telah membuat Bejo muncul sebagai salah satu pemain bertahan
terbaik yang dimiliki negeri ini.
Persebaya kerap bersinonim dengan Bejo saking lamanya sang pemain
membela klub asal Surabaya itu. Menjelang akhir karirnya Bejo sempat
membela sejumlah klub tanah air, Di antaranya PSPS Pekanbaru, Mitra
Kukar, dan Persidafon Dafonsoro.
Cerdik, Tajam, dan Ditakuti Lawan
10.Ronny Pattinasarany
Ga ada pemain tengah yang selalu diperbincangkan selain
Ronny Pattinasarany. Umpan terukur Ronny menjadi hal yang selalu
dinantikan para penyerang timnas. Tendangan jarak jauh Ronny pun
termasuk yang ditakuti lawan karena punya akurasi yang tinggi.
Kemampuannya dalam mengatur serangan pun sempat membuat legenda
timnas Belanda, Johan Cruyff terkagum-kagum. Keduanya saling berhadapan
ketika PSSI Utama bertemu Washington Diplomats yang diperkuat Cruyff.
Usai pertandingan Cruyff sempat mencari Ronny saking kagum dengan sang
pemain.
Atas kemampuan hebat yang dimiliki Ronny, sejumlah gelar individu
sempat diraihnya. Seperti masuk All Star Asia 1982, Pemain Terbaik
Galatama 1979 dan 1980, dan Olahragawan Terbaik Nasional 1976 dan 1981.
11.Iswadi Idris
Bertinggi hanya 165 cm
ga lantas membuat Iswadi Idris
dipandang sebelah mata. Pemain berjuluk si Boncel ini termasuk gelandang
serbabisa. Tapi posisi utama yang membuat Iswadi mampu mengeluarkan
semua kemampuannya adalah menjadi sayap kanan.
Kecepatan lari yang dimiliki Iswadi berawal dari hobinya berlari.
Bahkan awalnya Iswadi ingin menjadi pelari ketimbang pemain sepak bola.
Ajakan temannya yang sudah bergabung dengan Persija mengubah jalan hidup
Iswadi. Toh Iswadi pun memang punya bakat sepak bola yang mumpuni.
Kemampuannya yang spesial itu membuat Iswadi disegani kawan dan
lawan. Ban kapten timnas Indonesia pun sempat disandangnya nyaris
sepanjang karirnya membela Merah Putih yang berakhir pada 1980.
12.Zulkarnaen Lubis
Ditempa dalam atmosfer sepak bola Sumatera Utara, Zulkarnaen Lubis
dikenal dengan gocekan dan umpan-umpan akuratnya. Keputusannya untuk
merasakan atmosfer sepak bola di Pulau Jawa membawanya bergabung dengan
Krama Yudha Tiga Berlian. Hasilnya, Zulkarnaen menjadi salah satu pilar
Krama Yudha saat menjadi juara Galatama 1987 dan 1988.
13.Rully Rudolf Nerre
Tanah Papua memang salah satu sumber pemain-pemain andal. Jika kini
publik Papua dibuat bangga oleh aksi-aksi Boaz Solossa, dulu mereka juga
sudah bangga terhadap putera asli Papua bernama Rully Nerre. Seorang
gelandang elegan yang selalu tampil
all out setiap tampil di
atas lapangan. Publik sepak bola Indonesia di era 1980-an pasti akan
selalu menunggu aksi-aksi Rully Nerre yang memikat.
14.M Basri
Jika ada pemain yang sanggup membela timnas dalam kurun waktu yang
panjang pasti salah satunya adalah M. Basri. Mengawali karir di timnas
pada 1962, M. Basri masih setia berkostum timnas hingga 1973. Sejumlah
turnamen internasional pernah dikecapnya bersama timnas Merah Putih.
Usai pensiun sebagai pemain bola, M Basri langsung aktif di dunia
kepelatihan. Dialah pelatih yang mampu meraih empat gelar juara
Galatama.
15.Bima Sakti Tukiman
Boleh jadi Bima Sakti merupakan gelandang Indonesia yang sulit
digeser posisinya sepanjang era 1990-an dan 2000-an. Menjalani debut
sebagai penggawa timnas Indonesia pada 1995, Bima baru benar-benar
mundur pada 2012. Kedisiplinannya dalam menjaga kondisi fisik membuat
Bima masih sanggup bermain selama waktu yang panjang.
Ga cuma itu, kharisma Bima pun sangat disegani para pemain
timnas Indonesia. Hal ini sudah mulai terlihat kala ditempa bersama PSSI
Primavera di Italia. Bima pun sempat membela Helsingborg usai melewati
masa latihan di Italia. Salah satu ciri khas sekaligus senjata Bima
adalah tendangan bebasnya yang keras dan terukur. Sebelas di antaranya
menjadi koleksi gol bersama timnas.
16.Fachry Husaini
Inilah sosok
playmaker yang punya visi bermain yang
mengagumkan. Fachry Husaini merupakan dirigen permainan timnya. Dia tahu
persis kapan harus menyerang cepat kapan menahan bola. Kemampuannya
semakin lengkap dengan umpan-umpan yang terukur dengan cermat.
Kemampuan hebat Fachry mulai tercium timnas saat dia membela Pupuk
Kaltim. Hampir satu dasawarsa Fachry membela PKT, membuat dirinya sudah
menjadi ikon klub kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur itu. Fachry
sudah tampil dalam 42 pertandingan bersama timnas dan menyumbang 13 gol.
17.Abdul Kadir
Abdul Kadir merupakan talenta langka yang dimiliki Indonesia.
Bagaimana tidak, dia sudah berkostum timnas sejak berumur 16 tahun saat
Indonesia tampil Ganefo yang merupakan cikal bakal Asian Games. Berkat
kelincahan dan kecepatannya saat menggiring bola, Abdul Kadir pun
mendapat julukan si Kancil.
Selama 13 tahun (1965-1978) Abdul Kadir mencurahkan semua
kemampuannya demi membela timnas Indonesia. Si Kancil menjadi salah satu
pemain yang mampu mencetak gol ke gawang Uruguay saat bertemu Indonesi
pada 19 April 1974. Gol yang membawa Indonesia meraih kemenangan 2-1
atas Uruguay.
18.Thio Him Tjiang
Tumbuh dalam keluarga yang mencintai sepak bola, Thio Him Tjiang
seolah mendapat jalan untuk mengasah bakatnya. Thio merupakan salah satu
anggota timnas Indonesia yang bertarung habis-habisan melawan Uni
Soviet pada Olimpiade 1956.
Thio merupakan hasil didikan pelatih legendaris Indonesia, Endang
Witarsa. Bergabung di klub UMS yang merupakan klub anggota Persija, Thio
termasuk pemain yang sangat loyal. Saat ditawari bergabung ke klub
Tjung Hwa dengan iming-iming bayaran tinggi dia memilih bertahan bersama
UMS hingga akhir karirnya.
19.Risdianto
Karir sepak bola Risdianto dimulai di usia yang masih belia. Pada
usia 19 tahun dia menjadi andalan tim PON Jawa Timur. Setahun kemudian
dimulailah karirnya bersama timnas Indonesia hingga satu dasawarsa
berikutnya.
Risdianto menjadi pemain kedua Indonesia yang dikontrak klub luar
negeri setelah Iswadi Idris. Risdianto dikontrak tim Divisi Utama Hong
Kong, Mackinnons FC, selama satu tahun (1974-1975). Selanjutnya dia
menjadi pemain andalan Persija dan Warna Agung.
20.Bambang Nurdiansyah
Mengawali karir sebagai pemain sepak bola bersama klub Arseto Solo
pada 1978 membuat talenta Bambang Nurdiansyah dengan cepat dicium timnas
Indonesia. Dua tahun kemudian, Bambang resmi mengenakan jersey timnas
Merah Putih. Atas talentanya sebagai penyerang yang tajam, Bambang pun
dijuluki Gerd Muller Indonesia.
Sebuah julukan yang tidak mengada-ada. Berkat kemampuan spesialnya,
Bambang pernah merasakan lima gelar juara Galatama di tiga klub berbeda.
Yaitu Pelita Jaya (1989, 1990), Yanita Utama (1983,1984), dan Krama
Yudha Tiga Berlian (1985).
21.Ricky Yakobi
Striker timnas paling flamboyan dan oportunis
ga lain adalah
Ricky Yakobi. Kecepatan yang didukung postur ideal untuk menjadi
striker membuat Ricky kerap membuat pemain bertahan lawan lebih waspada.
Karirnya bersama timnas Indonesia pun cukup gemilang. Di mana Ricky
menjadi salah satu pemain yang menyumbang emas pertama Indonesia pada
SEA Games 1987.
Kemampuan Ricky kala itu membuat sejumlah klub asing kepincut. Klub
Jepang, Matshusita, rela membayar mahal agar Ricky mau bermain di Jepang
pada 1988. Sayang, karena sulit beradaptasi dengan iklim di Jepang,
Ricky gagal menunjukkan kemampuannya. Toh saat kembali ke tanah air
Ricky tetap diperebutkan banyak klub lokal.
22.Widodo Cahyono Putro
Nama Widodo Cahyono Putro bakal terus terpatri dalam sejarah Piala
Asia. Ya, dialah pencetak gol spektakuler saat Indonesia melawan Kuwait
di Piala Asia 1996. Sebuah gol Widodo hasil tendangan salto membelakangi
gawang dinobatkan sebagai tol terbaik Piala Asia 1996. Gol tersebut
bahkan membuat pelatih Kuwait melontarkan pujian.
Performanya yang stabil membuat Widodo pun selalu menjadi langganan
timnas setiap ada pertandingan. Kecepatan dan naluri mencetak golnya
yang tajam menjadi salah satu faktor setiap pelatih timnas ingin Widodo
selalu ada dalam timnya.
23.Kurniawan Dwi Yulianto
Boleh jadi Kurniawan Dwi Yulianto adalah pemain jebolan PSSI
Primavera tersukses. Sejak masih berlatih di Italia, Kurniawan sudah
membuat banyak klub lokal tertarik. Kurus, panggilan akrab Kurniawan,
pun akhirnya sempat tampil membela Sampdoria Primavera. Usai berlatih di
Italia, Kurniawan pun ditarik klub Swiss FC Luzern.
Kehebatannya sebagai penyerang membuat Kurniawan pun menjadi
langganan timnas. Setidaknya udah 60 pertandingan yang dilakoni
Kurniawan bersama timnas Indonesia. Dari jumlah pertandingan itu, Kurus
sudah mencetak 31 gol. Di mana gol pertamanya bagi timnas terjadi saat
bertemu Kamboja pada SEA Games 1995.
24.Ramang
Salah satu pemain Indonesia yang disebut-sebut sangat pantas bermain
di Liga-liga Eropa adalah Ramang. Striker yang lama membela PSM Makassar
pada dekade 1950-an ini dikenal mampu mencetak gol dalam posisi sesulit
apa pun. Ramang lah yang membuat para pemain Uni Soviet batal memandang
sebelah mata Indonesia saat kedua tim bertemu di Olimpiade 1956.
Kemampuan istimewa Ramang
ga diraih dengan mudah. Ramang
selalu datang lebih awal dan pulang paling terakhir setiap kali
berlatih. Dia pun kerap terlihat melatih sendiri kemampuannya dengan
menggiring bola di atas pasir pantai. Hasil latihannya itulah yang
membuat Ramang punya kemampuan hebat dan ditakuti lawan.
25.Soetjipto Soentoro
Pada eranya, Soetjipto Soentoro merupakan penyerang paling tajam.
Bahkan hingga kini torehan 57 gol yang dicetak Soetjipto belum ada yang
mampu melewati. Meskipun memang jumlah gol tersebut merupakan gabungan
pertandingan resmi dan nonresmi bersama timnas Merah Putih.
Salah satu momen paling mengesankan yang dilakukan Soetjipto adalah
gol yang dicetak ke gawang Feyenoord setelah melewati tiga pemain.
Penampilan apik Soetjipto kembali ditunjukkan ketika melawan Werder
Bremen. Trigol Soetjito ke gawang Bremen membuat pelatih Herr Brocker
sempat menawari Gareng, panggilan akrabnya, bersama Max Timisela dan
John Simon untuk bergabung.
26.Bambang Pamungkas
Pemain hasil tempaan Diklat Salatiga ini dikenal dengan lompatannya
yang tinggi dengan timing yang akurat. Gol-gol yang dicetak Bambang
Pamungkas memang sebagian berasal dari hasil sundulan kepalanya.
Kemampuan istimewa Bepe, panggilan akrab Bambang Pamungkas, membuat
dirinya menjadi langganan timnas sejak awal era 2000-an.
Ada 96 pertandingan dan 44 gol yang telah dilakoni Bepe sepanjang berkostum Merah Putih. Jumlah ini
ga akan bertambah secara Bepe sudah menyatakan pensiun dari timnas pada 2013 lalu.
Dalam perjalan karirnya, Bepe pun sempat melancong ke Liga Malaysia
untuk memperkuat Selangor FC. Sepanjang tampil di negeri jiran, Bepe
membuat fans Selangor FC memujanya bak dewa. Total, Bepe mencetak 34 gol
bersama Selangor FC.
27.Rochi Putiray
Pemain kelahiran Ambon ini dikenal dengan sosok yang nyentrik. Rochi
Putiray seolah selalu ingin menjadi pusat perhatian setiap kali
bertanding. Rambut dikucir
ato dicat warna warni menjadi ciri
khas Rochi ketika berada di tengah lapangan. Toh, semua atribut tersebut
diimbangi kemampuan dan ketajaman yang mumpuni.
Pemain yang selalu mengenakan sepatu berbeda warna ini pun sempat
melanglang buana hingga ke Hong Kong. Rochi bahkan menjadi andalan
Kitchee FC saat bertemu AC Milan dalam laga persahabatan. Dua gol Rochi
ke gawang Milan membawa Kitchee menang 2-1. Padahal, itu semua terjadi
menjelang akhir karir Rochi sebagai pemain sepak bola.
Itulah sebagian dari pemain-pemain yang pernah memberi warna bagi
sepak bola nasional. Kehadiran mereka dengan kemampuan yang memang
spesial menjadi magnet bagi suporter untuk memenuhi stadion. Sekaligus
menjadi panutan bagi para pemain muda yang ingin mengembangkan karirnya
lebih tinggi.
Sebarin ya Mas Bro dan Mbak Bro. Supaya kita
ga lupa terhadap para pemain yang sudah membesarkan nama Indonesia di kancah internasional.
salam
Siapa Aja Pemain Sepak Bola Indonesia Terbaik Sepanjang Masa?
Pemain Timnas Indonesia Punya Prestasi Internasional
Semua masalah bisa kita tata
Cuma butuh cara melakukannya
Kenapa ya banyak pemain kita
Muda jawara tua hilang kemana?
Salam Mas Bro dan Mbak Bro
Jangan pernah melupakan sejarah. Begitulah pesan Bung Karno kepada
seluruh pemuda Indonesia. Karena itu, sebagai penggemar sepak bola
Indonesia kita juga jangan pernah melupakan para pemain yang pernah
berharu-biru dalam sepak bola nasional. Baik sebagai pemain klub maupun
ketika berkostum timnas.
Sejumlah pemain sepak bola terbaik Indonesia malah
ga hanya
menjadi idola di negeri sendiri. Bahkan ada yang menjadi pemain pujaan
ketika membela klub-klub luar negeri. Dari mulai klub-klub negeri jiran
sampe nun jauh ke Eropa. Apakah ada di antara mereka yang juga menjadi panutan kalian?
Tembok Kokoh Barisan Pertahanan
1.Maulwi Saelan
Benteng Beton, demikian julukan Maulwi Saelan sepanjang berkostum
timnas Indonesia. Sosoknya bak benteng keras yang sulit dijebol. Para
pemain timnas Uni Soviet pernah merasakan sulitnya menjebol gawang
Maulwi Saelan di Olimpiade 1956. Aksi-aksi heroik Maulwi Saelan kala itu
menjadi buah bibir media massa dunia.
Setelah satu dekade membela timnas Indonesia, Maulwi pensiun dari
sepak bola pada 1960. Maulwi kemudian bergabung dengan Tjakrabirawa,
pasukan khusus pengawal Presiden. Saat PSSI tengah mencari sosok
pemimpin yang baru, Presiden Soekarno yang notabene atasan langsung
Maulwi tanpa ragu menunjuknya. Salah satu warisan Maulwi sebagai Ketua
PSSI adalah Piala Soeratin yang merupakan turnamen khusus mencari
bakat-bakat muda.
2.Yudo Hadianto
Pencinta sepak bola nasional era 1960 dan 1970-an pasti akan sangat
mengenal sosok langsing yang andal ketika berada di bawah mistar ini.
Sosok Yudo Hadianto cukup ikonik saat itu karena sulit dilupakan. Tentu
saja karena performa Yudo selama di bawah mistar memang mengesankan.
Apiknya penampilan Yudo saat berkostum Persis Solo lah yang membuat
pelatih UMS, Endang Witarsa, kepincut. Jalan Yudo menjadi kiper timnas
pun semakin terbuka. Tak kurang dari Asian Games (1962, 1966),Piala Raja
Thailand, Piala Merdeka di Malaysia, dan Pra Piala Olimpiade pernah
dilakoni Yudo bersama timnas Indonesia.
3.Ronny Pasla
Di masa jayanya, Ronny Pasla merupakan sosok kiper yang sangat
diinginkan setiap klub. Bertinggi 183 cm dengan badan tegap membuat
Ronny Pasla selalu mudah menaklukan umpan silang lawan yang mengarah ke
gawangnya. Gerak refleksnya dalam menepis bola menjadi andalan agar
gawangnya tidak bobol.
Meski tidak bermain dalam turnamen resmi bersama timnas, Ronny Pasla
tetap punya momen mengesankan saat berkostum timnas Indonesia. Momen itu
terjadi ketika timnas Brasil melakukan pertandingan persahabatan pada
1972. Ronny akan selalu mengenang aksinya menggagalkan tendangan penalti
yang dilakukan Pele.
4.Hendro Kartiko
Tubuhnya memang disebut kurang ideal untuk menjadi seorang kiper. Tapi meski bertinggi kurang dari 180 cm
ga membuat gawang yang dikawal Hendro Kartiko mudah dibobol. Lompatannya kerap membuat penyerang-penyerang lawan frustrasi.
Hendro mengawali karir sebagai kiper timnas di Piala Asia 1996. Dia
menggantikan Kurnia Sandy yang cedera akibat bertabrakan dengan pemain
Kuwait. Sejak saat itu posisi kiper utama timnas Indonesia pun selalu
disandang Hendro. Kehebatan Hendro saat menjaga gawang sempat berbuah
penghargaan sebagai kiper terbaik Piala Asia 2000.
3.Simson Rumahpasal
Posisi Bek Kanan timnas Indonesia dari 1975 sampe 1982 nyaris
ga
pernah lepas dari jatah Simson Rumahpasal. Pemain kelahiran Maluku ini
pun merasakan sejumlah event internasional bersama timnas Indonesia.
Seperti SEA Games, Pra Olimpiade, Pra Piala Dunia, Turnamen Merdeka, dan
Piala Raja.
4.Didik Darmadi
Jika Simson jadi andalan di sisi kanan pertahanan, Didik Darmadi
berada di sisi sebaliknya. Pemain yang besar bersama Warna Agung ini
jadi andalan mengawal sisi kiri pertahanan. Karena pernah menjadi
striker di awal karir sebagai pemain sepak bola, Didik pun dikenal
dengan sundulan mendatar dalam mencetak gol.
Mengawali karir bersama timnas senior dalam usia 20 tahun, Didik
punya pengalaman bertemu Maradona yang kala itu masih membela tim junior
Argentina pada 1979. Pengalaman tersebut
ga akan dilupakan Didik sepanjang hidupnya.
5.Robby Darwis
Sosok Robby Darwis sangat mudah ditemukan ketika berada di tengah
lapangan. Dengan postur tinggi besar, pemain belakang binaan asli Persib
Bandung ini menjadi sosok yang membuat penyerang lawan berpikir
berkali-kali untuk melewatinya.
Meski bertugas sebagai pemain yang mengawal pertahanan, Robby dikenal
sebagai pemain yang kerap membantu serangan. Salah satu senjatanya
adalah tendangan keras dan terarah. Kualitas yang membuat Robby sempat
ditarik untuk membela klub Malaysia, Kelantan FC, pada 1989. Sepanjang
10 tahun membela timnas Indonesia, Robby tampil setidaknya dalam 53
pertandingan dan mencetak 6 gol.
6.Herry Kiswanto
Akang, demikian panggilan akrab Herry Kiswanto. Sosok yang kerap
menjadi panutan pemain muda di mana pun dia bermain. Gaya bermain Hery
Kiswanto mirip dengan Franz Beckenbauer di timnas Jerman. Sama-sama
menjadi libero. Pemain yang sanggup menggalang pertahanan sekaligus
mengawali serangan.
Sepanjang kariernya sebagai pemain sepak bola, Akang termasuk pemain
yang jarang melakukan pelanggaran berat. Buktinya hingga pensiun dari
sepak bola, Akang hanya pernah mendapat satu kali kartu kuning dari
wasit. Akang menjadi bagian dari timnas saat meraih medali emas SEA
Games 1987.
7.Agung Setyabudi
Pemain bertahan yang menjadi idola suporter PSIS Semarang ini
termasuk bek tanpa kompromi. Kecepatan dan kecermatannya dalam membaca
serangan lawan membuat dia kerap menjadi langganan timnas Indonesia.
Pelbagai turnamen internasional sempat diikuti Agung sepanjang
berkostum timnas. Seperti Olimpiade, Piala Tiger, serta Piala Asia.
Kepemimpinannya membuat Agung sempat dipercaya sebagai kapten timnas
Indonesia pada Piala Asia 2004.
8.Aji Santoso
Bagi penggemar sepak bola di era 1990-an pasti akan sangat mengenal
Aji Santoso. Bek kiri lugas dan punya kecepatan lari yang mumpuni ketika
menyusuri lapangan. Lama membela Persebaya, Aji pun kerap menjadi
langganan timnas Indonesia. Aji tercatat sudah pernah 41 kali membela
timnas Indonesia di sejumlah event internasional. Ketajamannya sebagai
pemain belakang mampu membuat Aji mencetak 6 gol dengan kostum merah
putih.
9.Bejo Sugiantoro
Salah satu alumni PSSI Primavera ini adalah kunci kepercayaan diri
para pemain lain. Kehadiran Bejo Sugiantoro di lini belakang seolah
menjadi jaminan bahwa pertahanan mereka akan aman. Tempaan yang berat di
Italia telah membuat Bejo muncul sebagai salah satu pemain bertahan
terbaik yang dimiliki negeri ini.
Persebaya kerap bersinonim dengan Bejo saking lamanya sang pemain
membela klub asal Surabaya itu. Menjelang akhir karirnya Bejo sempat
membela sejumlah klub tanah air, Di antaranya PSPS Pekanbaru, Mitra
Kukar, dan Persidafon Dafonsoro.
Cerdik, Tajam, dan Ditakuti Lawan
10.Ronny Pattinasarany
Ga ada pemain tengah yang selalu diperbincangkan selain
Ronny Pattinasarany. Umpan terukur Ronny menjadi hal yang selalu
dinantikan para penyerang timnas. Tendangan jarak jauh Ronny pun
termasuk yang ditakuti lawan karena punya akurasi yang tinggi.
Kemampuannya dalam mengatur serangan pun sempat membuat legenda
timnas Belanda, Johan Cruyff terkagum-kagum. Keduanya saling berhadapan
ketika PSSI Utama bertemu Washington Diplomats yang diperkuat Cruyff.
Usai pertandingan Cruyff sempat mencari Ronny saking kagum dengan sang
pemain.
Atas kemampuan hebat yang dimiliki Ronny, sejumlah gelar individu
sempat diraihnya. Seperti masuk All Star Asia 1982, Pemain Terbaik
Galatama 1979 dan 1980, dan Olahragawan Terbaik Nasional 1976 dan 1981.
11.Iswadi Idris
Bertinggi hanya 165 cm
ga lantas membuat Iswadi Idris
dipandang sebelah mata. Pemain berjuluk si Boncel ini termasuk gelandang
serbabisa. Tapi posisi utama yang membuat Iswadi mampu mengeluarkan
semua kemampuannya adalah menjadi sayap kanan.
Kecepatan lari yang dimiliki Iswadi berawal dari hobinya berlari.
Bahkan awalnya Iswadi ingin menjadi pelari ketimbang pemain sepak bola.
Ajakan temannya yang sudah bergabung dengan Persija mengubah jalan hidup
Iswadi. Toh Iswadi pun memang punya bakat sepak bola yang mumpuni.
Kemampuannya yang spesial itu membuat Iswadi disegani kawan dan
lawan. Ban kapten timnas Indonesia pun sempat disandangnya nyaris
sepanjang karirnya membela Merah Putih yang berakhir pada 1980.
12.Zulkarnaen Lubis
Ditempa dalam atmosfer sepak bola Sumatera Utara, Zulkarnaen Lubis
dikenal dengan gocekan dan umpan-umpan akuratnya. Keputusannya untuk
merasakan atmosfer sepak bola di Pulau Jawa membawanya bergabung dengan
Krama Yudha Tiga Berlian. Hasilnya, Zulkarnaen menjadi salah satu pilar
Krama Yudha saat menjadi juara Galatama 1987 dan 1988.
13.Rully Rudolf Nerre
Tanah Papua memang salah satu sumber pemain-pemain andal. Jika kini
publik Papua dibuat bangga oleh aksi-aksi Boaz Solossa, dulu mereka juga
sudah bangga terhadap putera asli Papua bernama Rully Nerre. Seorang
gelandang elegan yang selalu tampil
all out setiap tampil di
atas lapangan. Publik sepak bola Indonesia di era 1980-an pasti akan
selalu menunggu aksi-aksi Rully Nerre yang memikat.
14.M Basri
Jika ada pemain yang sanggup membela timnas dalam kurun waktu yang
panjang pasti salah satunya adalah M. Basri. Mengawali karir di timnas
pada 1962, M. Basri masih setia berkostum timnas hingga 1973. Sejumlah
turnamen internasional pernah dikecapnya bersama timnas Merah Putih.
Usai pensiun sebagai pemain bola, M Basri langsung aktif di dunia
kepelatihan. Dialah pelatih yang mampu meraih empat gelar juara
Galatama.
15.Bima Sakti Tukiman
Boleh jadi Bima Sakti merupakan gelandang Indonesia yang sulit
digeser posisinya sepanjang era 1990-an dan 2000-an. Menjalani debut
sebagai penggawa timnas Indonesia pada 1995, Bima baru benar-benar
mundur pada 2012. Kedisiplinannya dalam menjaga kondisi fisik membuat
Bima masih sanggup bermain selama waktu yang panjang.
Ga cuma itu, kharisma Bima pun sangat disegani para pemain
timnas Indonesia. Hal ini sudah mulai terlihat kala ditempa bersama PSSI
Primavera di Italia. Bima pun sempat membela Helsingborg usai melewati
masa latihan di Italia. Salah satu ciri khas sekaligus senjata Bima
adalah tendangan bebasnya yang keras dan terukur. Sebelas di antaranya
menjadi koleksi gol bersama timnas.
16.Fachry Husaini
Inilah sosok
playmaker yang punya visi bermain yang
mengagumkan. Fachry Husaini merupakan dirigen permainan timnya. Dia tahu
persis kapan harus menyerang cepat kapan menahan bola. Kemampuannya
semakin lengkap dengan umpan-umpan yang terukur dengan cermat.
Kemampuan hebat Fachry mulai tercium timnas saat dia membela Pupuk
Kaltim. Hampir satu dasawarsa Fachry membela PKT, membuat dirinya sudah
menjadi ikon klub kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur itu. Fachry
sudah tampil dalam 42 pertandingan bersama timnas dan menyumbang 13 gol.
17.Abdul Kadir
Abdul Kadir merupakan talenta langka yang dimiliki Indonesia.
Bagaimana tidak, dia sudah berkostum timnas sejak berumur 16 tahun saat
Indonesia tampil Ganefo yang merupakan cikal bakal Asian Games. Berkat
kelincahan dan kecepatannya saat menggiring bola, Abdul Kadir pun
mendapat julukan si Kancil.
Selama 13 tahun (1965-1978) Abdul Kadir mencurahkan semua
kemampuannya demi membela timnas Indonesia. Si Kancil menjadi salah satu
pemain yang mampu mencetak gol ke gawang Uruguay saat bertemu Indonesi
pada 19 April 1974. Gol yang membawa Indonesia meraih kemenangan 2-1
atas Uruguay.
18.Thio Him Tjiang
Tumbuh dalam keluarga yang mencintai sepak bola, Thio Him Tjiang
seolah mendapat jalan untuk mengasah bakatnya. Thio merupakan salah satu
anggota timnas Indonesia yang bertarung habis-habisan melawan Uni
Soviet pada Olimpiade 1956.
Thio merupakan hasil didikan pelatih legendaris Indonesia, Endang
Witarsa. Bergabung di klub UMS yang merupakan klub anggota Persija, Thio
termasuk pemain yang sangat loyal. Saat ditawari bergabung ke klub
Tjung Hwa dengan iming-iming bayaran tinggi dia memilih bertahan bersama
UMS hingga akhir karirnya.
19.Risdianto
Karir sepak bola Risdianto dimulai di usia yang masih belia. Pada
usia 19 tahun dia menjadi andalan tim PON Jawa Timur. Setahun kemudian
dimulailah karirnya bersama timnas Indonesia hingga satu dasawarsa
berikutnya.
Risdianto menjadi pemain kedua Indonesia yang dikontrak klub luar
negeri setelah Iswadi Idris. Risdianto dikontrak tim Divisi Utama Hong
Kong, Mackinnons FC, selama satu tahun (1974-1975). Selanjutnya dia
menjadi pemain andalan Persija dan Warna Agung.
20.Bambang Nurdiansyah
Mengawali karir sebagai pemain sepak bola bersama klub Arseto Solo
pada 1978 membuat talenta Bambang Nurdiansyah dengan cepat dicium timnas
Indonesia. Dua tahun kemudian, Bambang resmi mengenakan jersey timnas
Merah Putih. Atas talentanya sebagai penyerang yang tajam, Bambang pun
dijuluki Gerd Muller Indonesia.
Sebuah julukan yang tidak mengada-ada. Berkat kemampuan spesialnya,
Bambang pernah merasakan lima gelar juara Galatama di tiga klub berbeda.
Yaitu Pelita Jaya (1989, 1990), Yanita Utama (1983,1984), dan Krama
Yudha Tiga Berlian (1985).
21.Ricky Yakobi
Striker timnas paling flamboyan dan oportunis
ga lain adalah
Ricky Yakobi. Kecepatan yang didukung postur ideal untuk menjadi
striker membuat Ricky kerap membuat pemain bertahan lawan lebih waspada.
Karirnya bersama timnas Indonesia pun cukup gemilang. Di mana Ricky
menjadi salah satu pemain yang menyumbang emas pertama Indonesia pada
SEA Games 1987.
Kemampuan Ricky kala itu membuat sejumlah klub asing kepincut. Klub
Jepang, Matshusita, rela membayar mahal agar Ricky mau bermain di Jepang
pada 1988. Sayang, karena sulit beradaptasi dengan iklim di Jepang,
Ricky gagal menunjukkan kemampuannya. Toh saat kembali ke tanah air
Ricky tetap diperebutkan banyak klub lokal.
22.Widodo Cahyono Putro
Nama Widodo Cahyono Putro bakal terus terpatri dalam sejarah Piala
Asia. Ya, dialah pencetak gol spektakuler saat Indonesia melawan Kuwait
di Piala Asia 1996. Sebuah gol Widodo hasil tendangan salto membelakangi
gawang dinobatkan sebagai tol terbaik Piala Asia 1996. Gol tersebut
bahkan membuat pelatih Kuwait melontarkan pujian.
Performanya yang stabil membuat Widodo pun selalu menjadi langganan
timnas setiap ada pertandingan. Kecepatan dan naluri mencetak golnya
yang tajam menjadi salah satu faktor setiap pelatih timnas ingin Widodo
selalu ada dalam timnya.
23.Kurniawan Dwi Yulianto
Boleh jadi Kurniawan Dwi Yulianto adalah pemain jebolan PSSI
Primavera tersukses. Sejak masih berlatih di Italia, Kurniawan sudah
membuat banyak klub lokal tertarik. Kurus, panggilan akrab Kurniawan,
pun akhirnya sempat tampil membela Sampdoria Primavera. Usai berlatih di
Italia, Kurniawan pun ditarik klub Swiss FC Luzern.
Kehebatannya sebagai penyerang membuat Kurniawan pun menjadi
langganan timnas. Setidaknya udah 60 pertandingan yang dilakoni
Kurniawan bersama timnas Indonesia. Dari jumlah pertandingan itu, Kurus
sudah mencetak 31 gol. Di mana gol pertamanya bagi timnas terjadi saat
bertemu Kamboja pada SEA Games 1995.
24.Ramang
Salah satu pemain Indonesia yang disebut-sebut sangat pantas bermain
di Liga-liga Eropa adalah Ramang. Striker yang lama membela PSM Makassar
pada dekade 1950-an ini dikenal mampu mencetak gol dalam posisi sesulit
apa pun. Ramang lah yang membuat para pemain Uni Soviet batal memandang
sebelah mata Indonesia saat kedua tim bertemu di Olimpiade 1956.
Kemampuan istimewa Ramang
ga diraih dengan mudah. Ramang
selalu datang lebih awal dan pulang paling terakhir setiap kali
berlatih. Dia pun kerap terlihat melatih sendiri kemampuannya dengan
menggiring bola di atas pasir pantai. Hasil latihannya itulah yang
membuat Ramang punya kemampuan hebat dan ditakuti lawan.
25.Soetjipto Soentoro
Pada eranya, Soetjipto Soentoro merupakan penyerang paling tajam.
Bahkan hingga kini torehan 57 gol yang dicetak Soetjipto belum ada yang
mampu melewati. Meskipun memang jumlah gol tersebut merupakan gabungan
pertandingan resmi dan nonresmi bersama timnas Merah Putih.
Salah satu momen paling mengesankan yang dilakukan Soetjipto adalah
gol yang dicetak ke gawang Feyenoord setelah melewati tiga pemain.
Penampilan apik Soetjipto kembali ditunjukkan ketika melawan Werder
Bremen. Trigol Soetjito ke gawang Bremen membuat pelatih Herr Brocker
sempat menawari Gareng, panggilan akrabnya, bersama Max Timisela dan
John Simon untuk bergabung.
26.Bambang Pamungkas
Pemain hasil tempaan Diklat Salatiga ini dikenal dengan lompatannya
yang tinggi dengan timing yang akurat. Gol-gol yang dicetak Bambang
Pamungkas memang sebagian berasal dari hasil sundulan kepalanya.
Kemampuan istimewa Bepe, panggilan akrab Bambang Pamungkas, membuat
dirinya menjadi langganan timnas sejak awal era 2000-an.
Ada 96 pertandingan dan 44 gol yang telah dilakoni Bepe sepanjang berkostum Merah Putih. Jumlah ini
ga akan bertambah secara Bepe sudah menyatakan pensiun dari timnas pada 2013 lalu.
Dalam perjalan karirnya, Bepe pun sempat melancong ke Liga Malaysia
untuk memperkuat Selangor FC. Sepanjang tampil di negeri jiran, Bepe
membuat fans Selangor FC memujanya bak dewa. Total, Bepe mencetak 34 gol
bersama Selangor FC.
27.Rochi Putiray
Pemain kelahiran Ambon ini dikenal dengan sosok yang nyentrik. Rochi
Putiray seolah selalu ingin menjadi pusat perhatian setiap kali
bertanding. Rambut dikucir
ato dicat warna warni menjadi ciri
khas Rochi ketika berada di tengah lapangan. Toh, semua atribut tersebut
diimbangi kemampuan dan ketajaman yang mumpuni.
Pemain yang selalu mengenakan sepatu berbeda warna ini pun sempat
melanglang buana hingga ke Hong Kong. Rochi bahkan menjadi andalan
Kitchee FC saat bertemu AC Milan dalam laga persahabatan. Dua gol Rochi
ke gawang Milan membawa Kitchee menang 2-1. Padahal, itu semua terjadi
menjelang akhir karir Rochi sebagai pemain sepak bola.
Itulah sebagian dari pemain-pemain yang pernah memberi warna bagi
sepak bola nasional. Kehadiran mereka dengan kemampuan yang memang
spesial menjadi magnet bagi suporter untuk memenuhi stadion. Sekaligus
menjadi panutan bagi para pemain muda yang ingin mengembangkan karirnya
lebih tinggi.
Sebarin ya Mas Bro dan Mbak Bro. Supaya kita
ga lupa terhadap para pemain yang sudah membesarkan nama Indonesia di kancah internasional.